TUGAS MATA KULIAH
ILMU TEKNOLOGI dan PENGETAHUAN LINGKUNGAN
ILMU TEKNOLOGI dan PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Makalah Pertambangan PT. ABC
Disusun Oleh :
Kelompok : 3 (Tiga)
Nama / NPM :
1. Dede Ryana / 31411798
2. Erian
Sutantio / 39411210
3. Muhammad
Sidik / 34411982
Mata Kuliah : Ilmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
Nilai :
Paraf Dosen :
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2014
A.
Deskripsi Perusahaan
PT ABC merupakan perusahaan patungan
Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership. PT ABC
menandatangani Kontrak Karya pada 1986 dengan Pemerintah RI untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi di dalam wilayah Kontrak Karya di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
PT ABC menemukan cebakan tembaga
porfiri pada 1990, yang kemudian diberi nama Batu Hijau. Setelah penemuan
tersebut, dilakukanlah pengkajian teknis dan lingkungan selama enam tahun.
Kajian tersebut disetujui Pemerintah Indonesia pada 1996 dan menjadi dasar
dimulainya pembangunan Proyek Tambang Batu Hijau dengan total investasi US$ 1,8
Miliar. Proyek pembangunan tambang, pabrik dan prasarananya selesai pada 1999
dan mulai beroperasi secara penuh pada Maret 2000
Tambang
ini terletak 1530 km (950 mil) sebelah timur dari ibukota Indonesia, Jakarta,
di selatan kabupaten taliwang, sebuah pulau di Nusa tenggara Barat. Tambangnya
merupakan hasil dari eksplorasi sepuluh tahun dan program pembangunan
didasarkan pada penemuan 1999 deposit tembaga porfiri. Produksi dimulai pada
tahun 2000.
B.
Pengolahan (Manufaktur
& Manajemen)
Metode pertambangan ABC ini
menggunakan metode tambang terbuka (open pit mining) dengan menggunakan alat
truk dan shovel, dengan bijih yang dilaporkan ke pabrik semi-autogenous
grinding and balls, yang diikuti dengan sirkuit flotasi. Produk jadi adalah
konsentrat tembaga-emas menebal, yang dikirim melalui pipa ke fasilitas
penyimpanan di pantai Indonesia.
Tambang
batu hijau adalah tambang terbuka (open
pit mine) tembaga dan emas dengan skala besar yang terletak di Sumbawa,
Nusa tenggara, Indonesia. Tambang batu hijau memiliki 8,4 milyar lbs tembaga
dan 7,9 juta ons cadangan emas dengan umur cadangan lebih dari 25 tahun
berdasarkan tingkat produksi tahun 2011. Pada tahun 2011 tambang batu hijau
menghasilkan 283 juta lbs tembaga dan 318 ribu oz emas. Saat ini, tambang batu
hijau merupakan salah satu tambang tembaga dan emas dengan biaya operasi
terendah di dunia. Dalam kontrak kerja ABC, terdapat prospek tembaga dan emas
lain dari elang dan rinti situs, disamping tambang batu hijau.
Badan bijih di batu hijau
adalah porifiri tembaga dan mencakup komponen emas tinggi, yang umumnya untuk
deposit tembaga di asia tenggara. Batuan induk untuk deposit tembaga porfiri di
asia tenggara biasanya diorite dan kurasa-diorit. Tembaga sulfide seperti
kalkopirit dan bornit sering dikaitkan dengan komponen emas dari simpanan
tersebut. Pada akhir tahun 2005, cadangan bijih tersisa di batu hijau termasuk
2,77 juta ton tembaga dengan nilai rata-rata 0,69 g/t emas, yang akan memungkinkan
tambang untuk melanjutkan sampai dengan tahun 2025Batu hijau merupakan tambang
terbuka (open pit mine).
Bijih dilebaskan dari muka
pertambangan menggunakan shovel listrik P&H 4100 dan dimuat ke truk angkut Caterpillar 793C. setiap truk angkut
dapat memindahkan muatan 220 t (240 short ton) dari bijih. Truk mengangkut
bijih dari shovel menuju chrusher utama. Bijih hancuran dikirim oleh coveyor
1,8 m (6 ft) dan lebar 6,8 km (4,2 mil) panjang ke pabrik. Produksi harian dari
tambang adalah rata-rata 600.000 ton (660.000 short ton) bijih dan limbah gabungan.
Bijih
dari tambang memiliki kadar tembaga rata-rata 0,49% dan kadar emas rata-rata
0,39 g/t. bijih hancuran selanjutnya dikurangi ukurannya dengan penggilingan semi-autogenous grinding and balls.
Setelah bijih digiling lalu dikirim melalui sirkuit flotasi yang menghasilkan
konsentrat dengan kadar tembaga 32% dan 19,9 g/ ton emas. Penggilingan
mendapatkan tembaga recovery sebesar
89%. Konsentrat dikentalkan menjadi bubur dan disalurkan sejauh 17,6 km (10,9
mi) menuju pelabuhan di Benete, dimana air dihilangkan dari bubur. Penyimpanan
konsetrat di pelabuhan dapat menampung 80.000 t (88.000 short tons) dari konsentrat tembaga-emas.
C.
Dampak Positif dan Negatif
Sebuah perusahaan
tambang selain menimbulkan efek positif tentunya juga menimbulkan dampak negatif,
berikut ini adalah penjabaran dari dampak positif dan negatif perusahaan
tambang nnt. Dampak positif yang dihasilkan:
- Bertambahnya pendapatan pajak dikarnakan ada pajak bangunan, pajak ekspor, dan pajak lainyya
- Terbukanya lapangan kerja untuk warga sekitar.
- Terjadi alih teknologi dalam mengelola sumber daya alam.
- Diperhatikannya nasib warga sekitar dengan berbagai bantuan sosial oleh PT. ABC di nusa tenggara.
Dampak negatif
yang dihasilkan:
1.
Tercemarnya lingkungan di sekitar dikarnakan pembuangan limbah tidak
pada tempatnya.
2.
Terjadinya perusakan lingkungan dikarnakan penambangan terus menerus
menjadikan tanah rusak berat dan rawan terjadinya longsor.
3.
Dengan tercemarnya lingkungan maka otomatis mahluk hidup yang hidup di
lingkungan tersebut terkena dampaknya diantaranya masyarakat sekitar terjakit
penyakit tertentu.
D.
Kecelakaan
Kecelakaan Tewaskan Pekerja, PT. ABC Tutup Tambang Batu Hijau
Jakarta -Seorang pekerja PT ABC tewas akibat kecelakaan tragis di lokasi
tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat pada Minggu, 17 Januari 2010. PT. ABC
memutuskan untuk menutup tambang itu hingga beberapa waktu. Pekerja PT. ABC yang
tewas merupakan operator dozer .
Lokasi kejadian segera
diamankan dan upaya penyelamatan Johanis pun dilakukan dengan cepat. Johanis
berhasil dikeluarkan namun dinyatakan meninggal oleh petugas medis yang
berwenang jam 02.55 siang.
Distamben dan aparat kepolisian setempat
telah diberitahu mengenai kecelakaan ini dan proses penyelidikan tengah
berlangsung.
E.
Pencemaran dan Penyakit yang
timbul
Nusa Tenggara Barat
- Setelah mencuat kasus Buyat, kini PT ABC juga dicurigai mencemari
laut. Front Perjuangan Lingkungan Hidup melaporkan ratusan warga Tanjung Luar,
Lombok Timur, menderita berbagai macam penyakit, seperti gatal-gatal, benjolan
di tubuh, bahkan kelumpuhan. Mereka mencurigai penyakit tersebut akibat
pencemaran PT ABC.
Kondisi
sebagian masyarakat Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Lombok Timur, kini
dihebohkan dengan ditemukan penyakit yang diduga kuat akibat limbah tailing PT ABC.
Dari
hasil penemuan Front Perjuangan Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Barat,
masyarakat banyak yang terserang gatal-gatal, benjolan di tubuh, borok, bahkan
sampai kaki mengecil yang menyerang anak-anak hingga manula.
Diduga
kuat munculnya beragam penyakit akibat warga Tanjung Luar mengkonsumsi ikan
yang sudah tercemar limbah PT ABC.
Data
yang dikeluarkan Front Perjuangan Lingkungan Hidup menyebutkan setiap hari
sekitar 120 ribu ton tailing PT ABC dibuang di Teluk Senunu. Setiap tailing
yang dibuang mengandung unsur logam berat dan bahan kimia lain, seperti
arsenik, balim, dan timah.
F.
Penanggulangan
Banyak
alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung logam
berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low
TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation.
Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu
rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi
tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih
mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang
terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi
oksidasi.
Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah
menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile
organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs),
(poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam
Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan
lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah
untuk dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan
filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan
sistem thermal desorption material yang berbahaya di pisahkan agar lebih
mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan
bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang.
Limbah padat yang mengandung polutan mercury dan arsen dimasukkan ke
dalam sistem LTTD, limbah akan mengalami pemanasan tidak langsung dengan
kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Polutan mercury dan arsen
akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan
dapat dibuang ke tempat penampungan. Kemudian uap polutan yang terbentuk
dialirkan ke dalam media pengabsorpsi (absorber). Untuk menangkap uap logam
mercury dapat digunakan butiran logam perak atau tembaga yang kemudian
membentuk amalgam. Sedangkan untuk menangkap ion-ion mercury dan arsen dapat
digunakan larutan hidroksida (OH-), sulfida (S2--) yang
akan mengendapkan ion-ion tersebut. Dalam sistem ini perlu ditambahkan wet
scrubber dan filter karbon untuk menangkap partikulat dan gas-gas beracun yang
mungkin terbentuk pada proses desorbsi. Keunggulan sistem ini ialah prosesnya
cepat dan biaya investasi peralatan dan operasionalnya murah, unitnya dapat
dibuat kecil sehingga dapat dibuat sistem yang mobil.
Teknologi mengolah limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan
tanaman sebagai alat pengolah bahan pencemar. Pada limbah padat atau cair yang
akan diolah, ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap,
mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam
limbah tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan
mekanisme yang terjadi pada prosesnya. Misalnya : Phytostabilization,
yaitu polutan distabilkan di dalam tanah oleh pengaruh tanaman, Phytostimulation
: akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri
rhizosphere, Phytodegradation, yaitu tanaman mendegradasi polutan dengan
atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang atau akarnya untuk sementara
waktu, Phytoextraction, yaitu polutan terakumulasi di jaringan tanaman
terutama daun, Phytovolatilization, yaitu polutan oleh tanaman diubah
menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara, dan Rhizofiltration,
yaitu polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hydroponic.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis
tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers yang biasanya berupa
senyawaan kelat, protein, glukosida yang berfungsi mengikat zat polutan
tertentu kemudian dikumpulkan dijaringan tanaman misalnya pada daun atau akar.
Keunggulan sistem phytoremediasi diantaranya ialah biayanya murah dan dapat
dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya diantaranya ialah perlu waktu yang lama
dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya
pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu
diingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung
polutan beracun ini harus ditangani secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.ptnnt.co.id/id/
- http://www.indosiar.com/fokus/ABC-diduga-cemari-laut_28327.html
- http://finance.detik.com/read/2010/01/18/135635/1280742/4/
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan (Makalah Pertambangan PT. ABC)
Reviewed by Erian Sutantio
on
May 18, 2014
Rating:
No comments: