KERACUNAN MERKURI AKUT OLEH PAPARAN UAP MERKURI SELAMA PEMBONGKARAN PABRIK LAMPU FLUORESCENT, MARET 2015 (1)


1. CASE STUDIES
Merkuri secara umum digunakan pada lampu floruscent untuk mendapatkan spektrum sinar ultra violet yang kemudian dipendarkan oleh serbuk phosphor untuk menghasilkan cahaya tampak. Merkuri yang terdapat pada lampu florescent berbentuk gas dan berada pada tabung lampu. Berikut contoh lampu florescent yang terkandung merkuri di dalamnya:

Gambar 1. Lampu Florescent
                                               
                  

Meningkatnya kesadaran publik tentang bahaya lampu florescent yang mengandung merkuri, lampu florescent perlahan mulai ditinggal konsumennya yang lebih beralih ke lampu LED yang selain hemat energi juga dapat mengurangi resiko keracunan merkuri yang terdapat dari lampu. Kesadaran publik tersebut membuat salah satu pabrik lampu florescent di korea selatan tutup. Pabrik tersebut kemudian dibongkar pada Maret 2015. Kejadian ini masuk ke pemberitaan ketika 2 orang pekerja mengajukan kompensasi kecelakaan kerja. Pada saat itu kementrian tenaga kerja korea selatan memerintahkan untuk pemeriksaan kesehatan pada pekerja tersebut. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa delapan belas (18) dari dua puluh satu pekerja (21) pekerja yang berpartisipasi dalam proyek pembongkaran tersebut mengalami gejala keracunan merkuri pada 6 bulan setalah kejadian proyek pembongkaran tersebut. Setelah mengecualikan 1 pekerja yang asimtomatik, 20 pekerja diperiksa dan 10 pekerja dari 20 tersebut ditindaklanjuti selama lebih dari 1 tahun.
Gejala awal berkembang pada 18 pekerja keracunan merkuri adalah ruam kulit, gatal, gangguan tidur, batuk, batuk dahak, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, pegal-pegal, mual, muntah, sakit gigi, pembengkakan gusi, gangguan buang air kecil dan tekanan darah tinggi. Namun, mereka tidak sadar itu adalah gejala dari paparan merkuri, dan dokter yang memberikan perawatan awal juga salah diagnosis sebagai keracunan makanan biasa. Akibatnya, terapi khelasi (terapi khusu keracunan merkuri) tidak dilakukan sedari dini atau pada tahap awal pajanan merkuri.
Para pekerja terkena merkuri (uap merkuri) dalam jumlah yang signifikan di ruang bawah tanah. Perusahaan yang meminta layanan pembongkaran tidak melakukan pengukuran awal untuk paparan merkuri, jadi tidak ada referensi untuk menentukan kuantitafi dari merkuri pada saat pajanan berlangsung. Ruang bawah tanah perusahaan juga hanya memiliki ventilasi yang sedikit.
Menurut para pekerja, sisa dari kolam merkuri yang ada dalam pipa pindah ke ruang bawah tanah selama pembongkaran. Tahap awal pembongkaran, kabut asap dan bau menyengat di ruang bawah tanah membuat pembongkaran menjadi sulit. Pekerjaan yang dilakukan yaitu manajemen dan pengawasan, memotong, mengangkut sampah/puing, menggerakan excavator atau lift crane, dengan catatan setiap pekerja bekerja untuk periode waktu yang berbeda. Waktu pengerjaan proyek selama 20-30 hari.
Setelah selesai proyek, konsentrasi merkuri dalam tubuh diukur sesuai dengan keputusan kementrian tenaga kerja, hasilnya yaitu konsentrasi merkuri tertinggi pada pekerjaan pemotongan diikuti oleh pengangkut puing/sampah, dan pengoperasian mesin dengan konsentrasi merkuri paling rendah. Satu tahun setelah bekerja, 10 pekerja mengalami gejala umum keracunan merkuri diantranya gangguan tidur, insomnia, mimpi buruk dan gangguan kecemasan. Tujuh pekerja saat ini menjalani terapi kejiwaan untuk gangguan tidur, gangguan kecemasan, depresi, dan tiga pekerja lainnya menjalani pengobatan kulit untuk hiperpigmentasi, dan lesi kulit. Berikut detail pajanan merkuri :

Jenis Pekerjaan
Hari Kerja
(Rata-Rata)
Merkuri dalam Darah(ppb)
Merkuri dalam Urin(ppb)
Mean
SD
Mean
SD
Koordinator
3
30
5.67
3.48
12.21
12.84
Pemotongan
6
8.5
7.34
7.87
22.04
11.92
Pengoprasian Mesin
5
2.4
5.25
2.27
0.99
0.55
Pengangkut Barang
6
8.5
5.04
1.39
15.95
21.02
Total
20
10.2
5.88
4.49
13.48
15.40
Koordinator: menginstruksikan seseorang yang melakukan tugas jenis lain untuk melakukan tugas dan membersihkan tempat kerja mereka.
Pemotongan: memusnahkan fasilitas dan merobohkan.
Pengoprasian mesin: mengoperasikan kendaraan mesin (termasuk forklift dan tempat operasi mobil yang tinggi).
Pengangkutan: buruh manual yang mengangkut fasilitas dan limbah yang dibongkar.
(Sumber kasus : http://pubmedcentralcanada.ca/pmcc/articles/PMC5477751/pdf/40557_2017_Article_184.pdf)
Gambar 2. Lesi kulit pekerja a. hiperpigmentasi, beberapa kista dan lesi b. Kista lunak dengan nanah dan papula kekuningan dengan komedo (panah: situs biopsi),


2. Physical And Chemical Properties
Gambar 3. Merkuri

Chemical Formula            : Hg,  CAS No. 7439-97-6
Color                                 : Silver Metalic
Odor                                  : Odorless
Atomic Number                 : 80
Atomic Mass                      : 200.59 g/mol
Aqueous solubility             : Insoluble
Solubility                           : Nitric Acid
Boiling Point                     : 356.6°C
Density                              : 13.6 g/cm3 at 20°C (air = 1)
Melting Point                    : -38.87°C
Vapor Pressure                 : 0.25 Pa at 25°C
Vapor Density                   : 6.93 (air=1)
Viscosity                            : 1.55 mPa.sec (15.5 millipoise) at 20°C
Liquid                                : At Tempereture Room
Auto-Ignition                     : Non Flammable
Corrosivity                        : The high mobility and tendency to dispersion exhibited by mercury, and the ease with which it forms alloys (amalga) with many laboratory and electrical contact metals, can cause severe corrosion problems in laboratories.
Heat of Vaporization         : 14.652 Kcal/Mole at 25°C
Surface Tension                : 470 dynes/cm at 20°C
Index of refraction                         : 1.6 to 1.9 at 20°C

3. Potential Hazards (Health Hazards, Safety Hazards)
Gambar 4. Jenis-Jenis Merkuri
  Ada tiga bentuk merkuri(Hg) yang terdapat dalam lingkungan diantaranya unsur Hg (uap Hg), garam Hg Anorganik (Hg+ dan Hg2+), dan Hg organik (metil merkuri dan dimetilmerkuri). Berikut pemararannya:
  1. Unsur Merkuri
Unsur merkuri (Hg0) merupakan logam perak-putih, berkilau dan bebenruk cairan pada suhu kamar. Merkuri elemental biasa digunakan dalam thermometer, lampu fluorescent, dll. Unsur merkuri merupakan bentuk merkuri yang paling mudah menguap pada suhu kamar dan memiliki sifat tidak terlihat, tidak berbau dan beracun.


  1. Merkuri Anorganik (Hg+ dan Hg2+)
Senyawa merkuri anorganik berbentuk garam merkuri dan bubuk yang umumnya berwarna putih atau kristal kecuali merkuri sulfide yang berwarna merah. Senyawa merkuri anorganik biasa digunakan pada fungisida, antiseptic atau desinfektan serta biasa digunakan pula pada beberapa krim pencerah kulit serta obat tradisional.
  1. Merkuri Organik
Paling umum ditemukan di lingkungan yaitu metil merkuri yang terbentuk pada saat merkuri bergabung dengan karbon. Organisme renik mengkonversi merkuri anorganik menjadi metil merkuri. Metilmerkuri bias terakumulasi dalam rantai makanan seperti pada ikan(Nita, 2013).
Pemaparan manusia terhadap Uap Hg sebagian besar disebabkan oleh jenis pekerjaan dan tata ventilasi ruangan seperti yang terjadi pada kasus ini. Uap merkuri yang terhidup diserap seluruhnya oleh paru dan dioksidasi menjadi kation merkuri divalent oleh katalase dalam eritrosit. Uap merkuri lebih mudah melintas membran (elemen merkuri mudah larut dalam lipida) daripada garam merkuri, sehingga sejumlah besar uap merkuri telah memasuki otak sebelum dioksidasi sehingga toksisitasnya terhadap sistem syaraf pusat lebih besar disbanding divalennya (Endrinaldi, 2010).
Uap merkuri (elemen Hg) sangat mudah sekali teroksidasi untuk mebentuk merkuri oksida (HgO) dan ion merkuri (Hg2+). Toksisitas kronik dari kedua bentuk merkuri ini akan berpengaruh pada jenis organ yang berbeda yaitu syaraf pusat dan ginjal (Zul Alfian, 2006). Paparan akut terhadap uap merkuri bisa menyebabkan gejala dalam beberapa jam berupa rasa lemah, menggigil, mual, muntah diare, batuk dan sesak napas (sesuai dengan paparan kasus). Toksisitas paru bisa berkembang menjadi pneumonia interstisial disertai gangguan fungsi paru berat. Paparan kronis terhadap uap merkuri menyebabkan toksisitas yang timbul lambat terutama gejala nerurologis yang disebut sindroma vegetative astenik (Endrinaldi, 2010).
Merkuri mudah membentuk ikatan kovalen dengan sulfur, dan sifat inilah yang mendasari sebagian besar efek biologisnya. Apabila sulfur terdapat dalam bentuk sulfidril, maka merkuri divalen menggantikan atom hidrogeri membentuk merkaptida. X-Hg-SR dan Hg(SR)2 :X menunjukan suatu radikal elektronegatif dan R adalah protein. Hg Organik membentuk merkaptida tipe RHg-SR'. Aktifitas enzim sulfidril dapat terhambat oieh Hg sehingga metabolisme dan fungsi sel terganggu (Endrinaldi, 2010).
Keracunan merkuri secara kronis (terpajan kadar merkuri yang sedikit namun terjadi secara perlahan (terhirup uap atau kontak kulit secara terus menerus) sehingga dapat mengendap dalam tubuh dan menimbulkan gejala keracunan. Gejala keracunan merkuri secara kronis yaitu pengeluaran ludah berlebih, sariawan, guratan biru pada gusi, nyeri dan mati rasa pada bagian kaki atau tangan, diare gelisah, sakit kepala, penurunan berat badan, anemia ringan, gangguan lensa mata berwarna abu-abu samapi abu-abu kemerahan, parkison, gejala tremor ringan dimulai dari ujung jari tangan/kaki dan menjalar sampai otot wajah, dan halusinasi (Nita, 2013).
Merkuri anorganik dan lonik (merkuri klorida(HgCl)) dapat menyebabkan toksisitas akut berat. Efek korosif merkuri anorganik pada mukosausus menyebabkan hematochezia yang ditandai dengan lepasnya mukosa ke dalam tinja. Efek sistemik paling serius dan paling sering terjadi akibat Hg-anorganik merupakan nefrotoksikan yang menyerang sel¬sel tubular proksimal. Merkuri berikatan dengan gugus sulfidril (SH) dari protein membran, sehingga mempengaruhi integritas membran dan menyebabkan terjadi nekrosis tubuli ginjal yang disertai oliguria, anuria, dan uremia dan lebih menonjol kerusakan pada glomerular (Endrinaldi, 2010).
Gejala paparan metilmerkuri sebagian besar bersifat neurologis seperti gangguan penglihatan, ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan pendengaran, disentri, kemunduran mental, tremor, gangguan motorik, paralisis dan kematian (Endrinaldi, 2010).Merkuri juga berpengaruh pada proses ateroskelorsis (penyempitan dan penebalan pembulu darah) karena Hg dapat membentuk radikal bebas yang dapat merusak sel. Kandungan merkuri yang tinggi pada rambut pria dewasa berkolerasi dengan peningkatan resiko ateroskelorsis 2-3 kali lipat disbanding dengan memiliki kandungan merkuri rendah(Nita, 2013).

4. Route Of Exposure
Ekposure dari merkuri secara umum dapat terjadi dari inhalasi atau menghirup uap merkuri(seperti kasus diatas), kontak langsung (bersentuhan kulit) terutama jika ada luka dan oral (secara sengaja atau tidak sengaja menelan merkuri). Pada elemen/unsur merkuri eksposure secara umum terjadi melalui pernafasan atau inhalasi dikarenakan elemen merkuri mudah menguap, elemen merkuri mungkin dimetabolisme menjadi bentuk ion anorganik dan diekskresikan sebagai merkuri organik dengan organ target yang paling sensitive yaitu sistem saraf pusat. Pada merkuri anorganik ekposure dapat berupa inhalasi, oral dan kontak langsung dengan organ target yaitu ginjal, merkuri anorganik juga bersifat korosif pada kulit dan mata. Merkuri anorganik tidak seperti elemen merkuri yang merusak sistem saraf pusat namun meskipun demikian merkuri anorganik dapat merusak sistem saraf perifer (Colorado.gov, 2017).
Pada merkuri organik ada kecendrungan ekposure terjadi lewat oral lebih tepatnya lewat makanan (contohnya : ikan) yang sudah terpajan metil merkuri. Merkuri organik sama halnya dengan elemen merkuri mempunyai organ target yaitu sistem saraf pusat. Pada manusia dewasa efek merkuri organik mempengaruhi daerah otak terkait sensorik dan koordinasi menghasilkan gejala berupa ataksia. Keracunan merkuri organik kronis (karena eksposure terus menerus) menghasilkan gejala yang mungkin tidak diamati selama berminggu-minggu awal kejadian, gejala dari keracunan kronis diantaranya paresthesia di lengan atau tungkai dan di sekitar mulut. , dan kemudian diakhiri dengan gejala neurologis yang sama dengan elemen merkuri yaitu tremor (awalnya pada tangan kemudian menyebar pada bagian tubuh yang lain), perubahan emosi, sakit kepala, penuruan berat badan dan insomnia (louisiana.gov,2017).

5. ADME (Toksikokinetika Merkuri)
Keracunan akibat merkuri baik elemen, merkuri anorganik, maupun merkuri organik dijelakan secara rinci toksikokinetika (perjalanan bahan toksik dalam tubuh sampai timbulnya efek/gejala) merkuri pada bagian ini. Berikut penjelasannya:
  1. Adsorption
Berbagai jenis merkuri yang ada dapat diadsopsi oleh manusia melalui oral, inhalasi dan kontak kulit. Pajanan merkuri melalui jalur kulit biasanya Elemen merkuri (Hg0) tidak diarsopsi secara signifikan atau diubah pada pencernaan manusia, tetapi paparan melalui inhalasi/pernafasan penyerapan Hg0 dilakukan secara efesien dan cepat melalui paru-paru karena sekitar 80% dari uap yang terhirup akan diserap oleh jaringan paru-paru dan diadsorpsi oleh sel darah merah dan ditransformasikan menjadi merkuri divalent (Hg2+) yang sebagiannya menuju otak dan diakumulasi di dalam jaringan otak. Pada merkuri anorganik maupun merkuri organik jalur paparan biasanya melalui kulit maupun oral dimana jumlah merkuri yang diabsorpsi tergantung lama paparan dan bentuk senyawa merkuri, dari beberapa penelitian menunjukan bahwa merkuri anorganik segera diserap oleh pencernaan melalui kontak kulit ataupun oral, lalu setelah diadsorpsi di jaringan mengalami oksidasi membentuk merkuri divalent yang dibantu oleh enzim katase yang sebagiannya menuju otak dan diakumulasi di dalam jaringan otak. Uap dari merkuri anorganik sama halnya dengan uap dari elemen merkuri dan merkuri organik dapat diserap tubuh melalui inhalasi dan akan ditransformasikan di sel darah merah menjadi merkuri divalent (Anas, 2014). Berikut penjelasan rinci dari 3 besar penyerapan merkuri :
Penyerapan melalui inhalasi/pernafasan, studi dari environmental hazard menyebutkan bahwa 75 % -85 % uap merkuri sukses terserap ke dalam saluran pernafasan dengan penyerapan melalui paru paru sebesar 97% persen dari total uap yang terhirup ke dalam tubuh. Merkuri anorganik terhirup dari inhalasi tidak dapat diketahui karena datanya tidak mencukupi namun dapat diestimasikan sebesar 40% (studi pada hewan(anjing)), sedangkan untuk merkuri organik diketahui dapat terserap melalui pernafasan namun jumlah yang terserap tidak diketahui secara jelas kuantitasnya.
Penyerapan melalui oral/mulut, studi dari environmental hazard menyebutkan untuk elemen merkuri kurang dari 0.01% dari dosis yang tertelan diserap oleh saluran pencernaan (studi pada hewan(tikus)), sedangkan untuk merkuri anorganik penyerapan dari saluran pencernaan setelah dosis oral diperkirakan sebesar 7-15% (studi pada manusia) dan 20% pada hewan (tikus), sedangkan untuk merkuri organik diperkirakan sebesar 95% merkuri organik pada ikan diserap melalui saluran pencernaan manusia.
Penyerapan melalui kontak kulit, studi dari environmental hazard menyebutkan elemen merkuri diserap oleh kulit sebanyak 0.024 mg Hg/cm2 kulit untuk setiap 1 mg/m3 di udara dan kurang dari 3% dari jumlah total unsur merkuri diserap melalu kontak kulit. Merkuri anorganik studi yang dilakukan terhadap kelinci percobaan mendapatkan hasil sekitar 2-3% dosis merkuri klorida yang diserap secara kontak kulit dalam periode 5 jam, sedangkan untuk merkuri organik diketahui dapat diserap melalui kontak kulit namun besaran kuantitas tidak dapat diketahui(emhs.umn.edu).
  1. Distribution
Logam merkuri setelah diabsorpsi berada dalam jaringan dan kemudian ditansfer ke dalam darah, seperti uap merkuri yang terhidup kemudian dibawa ke alveoli untuk diteruskan ke dalam darah. Merkuri yang berada dalam darah kemudian akan mengalami proses oksidasi dengan bantuan enzim hidrogeperoksida katalase sehingga berubah menjadi merkuri divalent (Hg2+) yang berada dalam darah dan kemudian terbawa ke seluruh tubuh Bersama peredaran darah tersebut yang biasanya terakumulasi ke dalam organ target yaitu ginjal dan sistem saraf pusat, sebagian merkuri dikeluarkan bersama urin. Logam merkuri juga berbahaya untuk wanita hamil dikarenakan mepunyai sifat kelarutan yang tinggi dalam lemak maka merkuri dapat menembus membrane plasenta pada wanita hamil yang dikhawatirkan akan merusak otak pada janin (Anas, 2014).
Merkuri anorganik dosis yang tertelan didistribusikan secara cepat melalui saluran pencernaan ke dalam darah dan organ tubuh. Merkuri anorganik memiliki afinitas yang tinggi terhadap kelompok sel darah merah dalam plasma dengan konsentrasi sulfurhidril tertinggi berada pada ginjal. Oleh karena itu sasarn utama pada merkuri anorganik yaitu ginjal(emhs.umn.edu).
  1. Metabolisme
Setelah diabsorpsi dan diditribusi ke seluruh tubuh, pada proses metabolism merkuri organik maupun anorganik akan mudah berikatan protein dengan berbagai jenis enzim katase. Sebagian senyawa merkuri organik seperti alkil merkuri diubah menadi senyawa anorganik pada proses metabolisme. Setelah lewat waktu paruh, senyawa merkuri akan dikeluarkan dari tubuh sebagai hasil samping metabolisme yang sedikit jika dibandingkan dengan senyawa atau uap yang masuk ke tubuh. Sebagian besar senyawa atau elemen merkuri ditransportasikan melalui sitem peredaran darah yang akan terakumulasi di target organ yaitu otak dan ginjal (Anas, 2014).
  1. Eksresi
Merkuri ionik (Hg2+) utamanya dieksresikan melalui urin dan tinja, tetapi dapat pula melalui ASI. Sedangkan untuk merkuri organik, eksresi utama melalui feses, rambut dan kurang dari sepertiga total eksresi melaui urin dan dapat pula melaui ASI dengan kadar yang lebih rendah. Pada proses eksresi yang terjadi sangat diperngaruhi waktu paruhnya (waktu yang dibutuhkan untuk eksresi sehingga mencapai separuh kadar yang ada di dalam tubuh). Waktu paruh merkuri secara biologis sekitar 60 hari atau antara 35 – 90 hari. Pengeluaran merkuri terutama dalam bentuk feses dan urin memiliki waktu paruh 40-60 hari. Empedu dan feses merupakan jalur utama eksresi merkuri organik yang memiliki waktu paruh 70 hari (Nita, 2013).

6.         DOSE-EFFECTS AND DOSE-RESPONSE RELATIONSHIP
Pajanan inhalasi kronik menghasilkan lethal dose untuk elemen merkuri sebesar 0.0002 mg/m3 yang didasarkan pada LOAEL (dosis terendah yang masih menimbulkan efek) sebesar 0.026 mg/mg3 yang disesuaikan dengan pajanan terus menerus (0.0062 mg/m3) dan dibagi 30 (factor ketidakpastian), sedangkan untuk merkuri orgaik dan merkuri anorganik tidak terdapat data yang memadai(fda.gov).
Pajanan oral untuk elemen merkuri tidak terdapat data yang memadai, sedangkan untuk merkuri anorganik adalah sebesar 0.002 mg/kg/hari berdasarkan NOAEL (dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik secara statistic atau biologis tidak menunjukan efek merugikan pada hewan uji atau manusia, NOAEL selalu lebih rendah dari LOAEL) 0.23 mg/kg/hari yang disesuaikan untuk paparan 5 hari/minggu dan dibagi factor ketidakpastian sebanyak 100, sedangkan unutk dosis merkuri oranik sebesar 0.0003 mg/kg/hari berdasarkan NOAEL 0.13 mg/kg/hari (fda.gov). Menurut WHO  (1976),  awal  dari  efek  toksik  metilmerkuri(merkuri organik) terjadi ketika  kadar dalam  darah  antara  200 – 500  ng/mL. Kadar dalam darah ini berkaitan dengan beban tubuh menanggung 30-50 mg merkuri per kg berat badan yang setara dengan asupan harian  3-7 μg/kg. Hal yang perlu dicatat bahwa kemunculan gejala keracunan merkuri dapat tertunda  beberapa minggu atau bulan tergantung dari akumulasi senyawa merkuri dalam tubuh. 




DAFTAR PUSTAKA


Alfian, Zul. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya bagi kesehatan Manusia dan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Anas. 2014. ANALISIS KANDUNGAN MERKURI PADA AIR SUNGAI DAN IKAN AKIBAT TAMBANG EMAS TRADISIONAL SERTA TATA CARA PENGGUNAAN MERKURI OLEH PENAMBANG EMAS DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Endrinaldi. 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat : Logam-logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek terhadap Manusia. Universitas Andalas: Padang.
https://betterwork.org/dev/wp-content/uploads/2017/09/4-PERMENA.pdf diakses pada 04 Desember 2017 pukul 07.15 WIB
http://enhs.umn.edu/current/5103_spring2003/mercury/mercdose.html diakses pada 30 November 2017 pukul 11.44 WIB
https://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/42/41 diakses pada 28 November 2017 pukul 14.33 WIB
http://lib.kemenperin.go.id/neo/download_artikel.php?id=48 diakses pada 27 November 2017 pukul 10.39 WIB
http://monographs.iarc.fr/ENG/Classification/latest_classif.php diakses pada 03 Desember 2017 pukul 17.09 WIB
http://new.dhh.louisiana.gov/assets/oph/CenterEH/envepi/Mercury_for_Health_Providers_Hg_Final.pdf diakses pada 30 November 2017 pukul 10.31 WIB
http://nj.gov/health/eoh/rtkweb/documents/fs/1183.pdf diakses pada 05 Desember 2017 pukul 07.22 WIB
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/mercury#section=Color diakses pada 27 November 2017 pukul 16.11 WIB
http://pubmedcentralcanada.ca/pmcc/articles/PMC5477751/pdf/40557_2017_Article_184.pdf diakses pada 22 November 2017 pukul 07.29 WIB
https://staff.blog.ui.ac.id/arry.yanuar/files/2008/03/mercuri.pdf diakses pada 03 Desember 2017 pukul 17.12 WIB
https://www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp46.pdf diakses pada 04 Desember 2017 pukul 11.29 WIB
https://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/chem_profiles/mercury.html diakses pada 05 Desember 2017 pukul 17.45 WIB
https://www.colorado.gov/pacific/sites/default/files/HHW_Mercury_Hg-and-Health-FS.pdf diakses pada 30 November 2017 pukul 14.11 WIB
https://www.epa.gov/sites/production/files/2015-09/documents/volume5.pdf diakses pada 05 Desember 2017 pukul 08.17 WIB
https://www.fda.gov/ohrms/dockets/ac/06/briefing/2006-4218b1-09-white-paper-draft-Appendix-F-01.pdf diakses pada 03 Desember 2017 pukul 17.15 WIB
http://www.kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK%20No.%2057%20ttg%20Rencana%20Aksi%20Nasional%20Pengendalian%20Dampak%20Kesehatan%20Akibat%20Pajanan%20Merkuri%202016-2020.pdf diakses pada 04 Desember 2017 pukul 09.11 WIB
https://www.osha.gov/SLTC/mercury/standards.html diakses pada 04 Desember 2017 pukul 12.32 WIB
Jeevanaraj, Pravina. 2016. Mercury : A Review on the Target Organ and Toxic Effect. Universitas Putra Malaysia: Malaysia.
Junita, Nita Ratna. 2013. RISIKO KERACUNAN MERKURI PADA PEKERJA PENAMBANG EMAS DI DESA CISARUA KECAMATAN ANGGUNG BOGOR. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

KERACUNAN MERKURI AKUT OLEH PAPARAN UAP MERKURI SELAMA PEMBONGKARAN PABRIK LAMPU FLUORESCENT, MARET 2015 (1) KERACUNAN MERKURI AKUT OLEH PAPARAN UAP MERKURI SELAMA PEMBONGKARAN PABRIK  LAMPU FLUORESCENT, MARET 2015 (1) Reviewed by Erian Sutantio on June 09, 2020 Rating: 5

No comments:

Kode Iklan Bawah

Powered by Blogger.